(11): “PRANK” DARI BAGONG KUSSUDIARDJO

Catatan Henri Nurcahyo

BAGONG Kussudiardjo dikenal akrab dengan Amang Rahman. Selain sebagai koreografer tari yang mumpuni, Bagong juga dikenal sebagai pelukis. Mereka sama-sama senang guyonan. khususnya Amang yang sangat kaya anekdot. Karena itu manakala mereka ketemu dipastikan saling berhahaha. Begitu pula ketika Amang Rahman dan Daryono berkunjung ke rumah Bagong di Yogyakarta. Diam-diam Bagong mengerjai (prank) mereka berdua.

Amang dan Daryono memang sahabat dekat, disamping M. Roeslan, Krishna Mustadjab, Tedja Suminar, Rudi Isbandi dan juga O.H. Supono. (Al Fatehah buat mereka semua, hn). Seringkali mereka pergi barengan kemana-mana.  

Ketika Amang dan Daryono bertamu, maka guyonan demi guyonan berlangsung gayeng. Mereka berbincang akrab di teras rumah. Bagong yang memang sudah hidup berkecukupan menjamu kedua seniman sahabatnya ini. Makanan mewah pun disiapkan.

Hanya saja, setelah sekian lama mereka ngobrol, Amang dan Daryono merasa belum punya kesempatan bagaimana caranya meminta ongkos pulang ke Surabaya. Mereka sepertinya tidak jenak. Bagong nampaknya menangkap aura kegelisahan itu.

Tenang wae, mengko tak sangoni nggo mulih. Sak iki cerita-cerita sik,” ujar Bagong. Maksudnya, tenang saja, nanti saya beri biaya untuk pulang. Sekarang cerita-cerita saja dulu. Amang dan Daryono merasa lega.

Selang beberapa waktu kemudian, Bagong masuk ke dalam rumah. Kemudian dia menyuruh pembantunya memanggil Amang.

“Pak, njenengan dipanggil Pak Bagong.”

“Saya saja?”

Nggih.

Amang tersenyum. Sedangkan Daryono memancarkan sorot mata heran. Mengapa hanya Amang yang dipanggil?

Maka Amang pun masuk ke dalam rumah, bertemu Bagong, diberi sebuah amplop agak tebal, dan keluar dengan senyum-senyum.

“Sekarang giliranmu Dar,” ujar Amang.

Daryono senang. Syukurlah ternyata dia mendapat giliran juga.

Akhirnya mereka berdua pamitan, menuju stasiun, pulang ke Surabaya.

“Karcis beli sendiri-sendiri yaa,” ujar Amang.

Daryono bisa memaklumi, karena mereka sama-sama percaya bahwa Bagong sudah memberikan sangu yang nanti bisa diberikan istri di rumah. Meskipun sebetulnya di dompet mereka ada sedikit uang,  masih cukup kalau hanya untuk beli karcis saja. Tetapi mereka penasaran. Masih bertanya-tanya, kira-kira berapa sangu yang diberi Bagong tadi? Kelihatannya kok lumayan tebal. Mereka tentu tidak berani (sungkan) menghitungnya di depan Bagong, melainkan langsung dimasukkan kantong celana.

Begitulah, Amang dan Daryono mereka sudah berada di dalam kereta, beberapa saat kemudian Amang lantas pamitan ke Daryono hendak ke toilet. Bukan hendak buang air, melainkan ingin mengetahui persis berapa jumlah uang satu bendel yang ada di kantongnya.

Keluar dari toilet, gantian Daryono yang izin ke toilet. Begitu Daryono keluar dari toilet, masih belum sempat duduk kembali, Amang langsung berkata:

“Bagaimana? Sama ya?”

Jianc…..k. Dikadali Bagong,” gerutu Daryono.

Ternyata, amplop tebal yang diberi Bagong tadi hanya bagian atas dan bawahnya saja yang berupa uang. Sedangkan di tengahnya adalah kertas yang dipotong-potong persis ukuran uang.

Saya mendapatkan cerita ini bukan langsung dari Amang, namun disampaikan oleh Bagong sendiri ketika bertemu dengan teman-teman pelukis Surabaya yang pameran di Jakarta. Wadji Iwak (Al Fatehah juga) meneruskan kisah ini ke saya karena dia tahu saya sedang menulis serial anekdot Amang Rahman. Dan ketika cerita ini saya unggah ke Jawa Pos, Amang kaget.

Lho, koen kok eruh?” Kamu kok tahu?

Saya tersenyum saja. Tidak menjawab.

“Lha iyo, cik sempate Bagong mengguntingi kertas seukuran uang,” komentar Amang.

Belakangan, saya juga dapat cerita, Bagong juga heran, kok cerita itu bisa muncul di Jawa Pos. Siapa sumbernya? (*)

Foto: Amang dan Bagong memapah Affandi

Sila baca serial sebelumnya, dan ikuti terus serial selanjutnya. Masih banyaaak ….

Catatan Henri Nurcahyo BAGONG Kussudiardjo dikenal akrab dengan Amang Rahman. Selain sebagai koreografer tari yang mumpuni, Bagong juga dikenal sebagai pelukis. Mereka sama-sama senang guyonan. khususnya Amang yang sangat kaya anekdot. Karena itu manakala mereka ketemu dipastikan saling berhahaha. Begitu pula ketika Amang Rahman dan Daryono berkunjung ke rumah Bagong di Yogyakarta. Diam-diam Bagong mengerjai…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *