LUNTAS, LUDRUK TOBONG SATU-SATUNYA
Ludruk Nom-noman Tjap Arek Suroboyo (Luntas) adalah satu-satunya kelompok ludruk yang berani membuat tobong sendiri. Tidak mengharapkan bekas kasihan fasilitas dari pemerintah, termasuk order dari Dinas Pariwisata. Namun kelompok ludruk pimpinan Robert Bayoned ini secara konsisten setiap Sabtu malam menggelar pementasan di tobongnya sendiri di Jalan Karang menjangan 21 Surabaya. Pertunjukan yang digelar semalam, (17/06/23) berjudul “Dendam Gendruwo Kali Rungkut” yang sekaligus untuk menandai Hari Ulang Tahun (HUT) Persebaya. Lho, apa hubungannya Persebaya dengan gendruwo? Gak ada.
Mencari lokasi tobong ini di malam hari ternyata tidak gampang meski lokasinya di tepi jalan pas. Pasalnya banyak kios-kios jualan aneka makanan di depannya. Dan ternyata konsepnya memang memadukan warung dengan tontonan. Bagian dalam ruang pertunjukannya itu sendiri ditata meja dan kursi panjang layaknya sebuah rumah makan. Di bagian ujung terdapat satu kios berjualan aneka minuman dan makanan ringan. Sementara di sisi depan berada sebuah panggung yang tidak terlalu besar untuk menggelar pertunjukan. Sebuah kalimat gagah terpampang di atasnya “Menghidupkan Ludruk Tidak Mencari Hidup dari Ludruk.”
Apakah ludruk ini menolak menjadikan ludruk untuk mendapatkan rejeki? Tentu saja tidak. Sebuah kotak sumbangan bertuliskan “Partisipasi for Ludruk” diletakkan di depan panggung untuk memberi kesempatan penonton yang memberikan donasi. Ruangan ini juga disewakan untuk kepentingan masyarakat. Seperti semalam dimanfaatkan oleh kelompok ibu-ibu yang menggelar arisan sebelum pertunjukan berlangsung. Di samping itu tentu saja penghasilan dari jualan makanan dan minuman setidaknya memberikan masukan secukupnya.
Tobong ini adalah ujung perjuangan yang dilakukannya setelah mencoba membuat tobong di AJBS, di warung Mbah Cokro, dan juga di kawasan Sedati Juanda. Nampaknya tobong ludruk memang tak bisa berdiri sendiri dan hanya mengandalkan pemasukan tiket penonton. Maka sinergi dengan warung seperti yang dilakukannya sekarang ini adalah strategi yang jitu. Ketika tidak ada pementasan maka tobong tersebut memang berfungsi menjadi warung kopi dan aneka makanan lainnya.
Robert sendiri, dan juga kelompok ludruknya, nampaknya memosisikan diri sebagai penggemar fanatik Persebaya alias Bonek. Materi lawakan yang dibawakan dengan kompak bersama Ipoel Bayoned terus menerus membahas soal sepakbola dan Persebaya. Memang klub kebanggaan arek-arek Suroboyo itu tepat berusia 96 tahun pada tanggal 18 Juni 2023. Karena itu pertunjukan ini diakhiri dengan potong tumpeng peringatan HUT bersama Bonek Mania. Sementara di jalan-jalan Bonek Mania lainnya asyik konvoi bermotor mengibarkan bendera berukuran besar, brang-breng brang-breng, dan tanpa mengenakan helm.
Cerita yang dipentaskan memang tidak ada hubungannya dengan sepakbola. Apalagi Persebaya. Sebagaimana judulnya, ini adalah cerita yang sheyeem (serem) meski sudah bisa diduga pasti tidak ada yang betul-betul menakutkan dalam pertunjukan komedi ludruk. Secara garis besar dikisahkan seorang gadis bernama Murni yang difitnah oleh seorang lelaki agar hubungan dengan pacarnya putus. Ternyata si pacar termakan fitnah. Bahkan ayah Murni yang membuka warung kecil ikut termakan fitnah sehingga pembeli yang menggerombol lantaran ada mau dengan Murni ikut terpengaruh. Murni lantas diusir ayahnya.
Si penyebar fitnah itu ternyata punya maksud terselubung. Dia mengincar Murni agar mau menjadi pacarnya. Murni hendak dirudapaksa ketika menolak. Tiba-tiba muncul sosok lelaki misterius, tanpa berkata apa-apa, matanya melotot, menolong Murni sehingga Murni gagal dirudakpaksa. Singkat cerita, Murni jatuh cinta kepada penolongnya. Hingga sekian tahun kemudian Murni mendapatkan seorang anak hasil hubungannya dengan lelaki misterius tersebut. Tetapi, justru pada saat itulah lelaki itu membuka jatidirinya bahwa sesungguhnya dia adalah mahluk halus yang menyeramkan dan sudah saatnya kembali ke alam aslinya.
“Tidak apa-apa Mas, aku rela menikah dengan setan ketimbang dengan manusia yang berhati setan,” ujar Murni tegas.
Bagaimana kisah selanjutnya, ikutilah serial kedua minggu depan. (Henri Nurcahyo)
Ludruk Nom-noman Tjap Arek Suroboyo (Luntas) adalah satu-satunya kelompok ludruk yang berani membuat tobong sendiri. Tidak mengharapkan bekas kasihan fasilitas dari pemerintah, termasuk order dari Dinas Pariwisata. Namun kelompok ludruk pimpinan Robert Bayoned ini secara konsisten setiap Sabtu malam menggelar pementasan di tobongnya sendiri di Jalan Karang menjangan 21 Surabaya. Pertunjukan yang digelar semalam, (17/06/23)…