Lukisan Batu Rp 1,5 M Dipamerkan di Museum Sonobudoyo
YOGYAKARTA: Sebuah lukisan terbuat dari susunan ribuan batu kecil dipamerkan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta beserta 115 karya seni rupa lain dalam rangka peringatan Undang Undang Keistimewaan (UUK) Yogyakarta 2023. Lukisan eksklusif berjudul “Kendedes Ibunda Para Raja” itu karya Addy Prana berukuran 140×97 cm, yang dibandrol dengan harga Rp 1,5 M saja (satu setengah milyar rupiah).
Pameran bertema “Hamemayu Bhumi Ngayogyakarta” itu dibuka mulai Sabtu malam (18/3/23) dan berlangsung selama satu bulan penuh, diikuti pelukis antara lain Djoko Pekik, Lucia Hartini, Erica Hestu Wahyuni, Bambang Heras, Bunga Jeruk, Deddy PAW, Edo POP, Fahrur Rozi, Godod Sutejo, Kartika Affandi, Katirin, Klowor Waldiyono, Melodia, Nasirun, Soenarto Pr (alm), Subroto Sm, Sudarisman, Sukriyal Sadin, Totok Buchori, V.A. Sudiro, dan sebagainya. Di samping itu juga karya-karya patung karya Basrizal Al Bara, Komrodin Haro, Yusman, Yulhendri, dan lainnya.
Panitia pameran yang diketuai oleh Yusman ini juga menyertakan tiga artikel dalam katalogus dari penulis Dr Haryadi Baskoro, MA, M.Hum, Dr Drs Hajar Pamadhi, MBA, Hons, dan Dr. Suwarno Wisetrotomo, M.Hum.
Menurut Suwarno, “Yogyakarta sebagai daerah istimewa sudah menjadi ketetapan dan kokoh karena memiliki payung undang-undang. Seluruh produk kebudayaan dari Yogyakarta, termasuk seni rupa, sejauh berada dalam nafas keistimewaan (dan kemanusiaan), pastilah menjadi istimewa. Tidak berlebihan kalau saya menyebut pula Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa Seni Rupa: seniman, karya, pemikiran, peristiwa seni rupa yang menginspirasi dan memberi kontribusi pada jagad seni rupa Indonesia dan dunia. Para perupa yang menjadi bagian dari peristiwa pameran peringatan UUK DIY kali ini setidaknya (seyogyanya) juga berada dalam atmosfir dan spirit hamemayu bhumi Ngayogyakarta; mempercantik, memelihara bumi Yogyakarta.”
Addy Prana adalah perupa kelahiran Malang tahun 1956 dengan nama kecil Eddy Permono, pernah tinggal di Lawang, dan kini tinggal di Bantul Yogyakarta. Lelaki multi talenta ini selain melukis juga membuat patung, batik, piawai bermusik dan menyanyi yang sampai dikontrak di Australia. Pameran yang pernah diikutinya di berbagai kota Indonesia dan juga di Singapura, Malaysia, Turki, dan lama berdiam di Belanda.
Karya lukisan batunya kali ini memang merupakan karya lama tahun 2010 di antara sejumlah karya sejenis yang sejak tahun 2012 sudah tidak berkarya dengan media batu lagi. Karya-karyanya ini terbilang eksklusif karena menuntut kemampuan teknis yang sangat tinggi untuk dapat menyusun ribuan pecahan batu tersebut sehingga menghasilkan lukisan yang artistik dan sekaligus estetik. Tidak seperti karya kriya pada umumnya yang flat (datar) namun karya Addy menghadirkan kedalaman dan volume.
Menurut Addy, karya-karya seni rupa batu ini juga bukan sekadar menyusun batu-batu kecil untuk membentuk figur tertentu tetapi disertai dengan laku spiritual untuk memunculkan auranya. Untuk membuat karya “Kendedes” ini Addy merasa perlu melakukan meditasi di kolam yang dipercaya pernah menjadi pemandian Kendedes dan juga kolam lainnya yang memiliki kaitan sejarah dengan kerajaan Singhasari. Addy juga mengambil batu-batu dari lokasi tersebut yang kemudian dipecah-pecah, disaring, dipilah-pilah sesuai warnanya, dan ditempelkan satu persatu di atas media kanvas yang terbuat dari bahan tenda militer buatan Korea. Butuh waktu sekitar 4,5 bulan Addy mengerjakannya setiap hari yang dijalannya secara khusuk yang mengalir lancar. Tidak ada pengulangan atau ralat sama sekali.
Demikian pula dengan lukisan lain yang mengetengahkan figur Gadjah Mada, Bung Karno, Bedaya Kraton, dan sebagainya juga mengambil bahan batu dari daerah-daerah yang terkait dengan tokoh atau topiknya. (hnr)
YOGYAKARTA: Sebuah lukisan terbuat dari susunan ribuan batu kecil dipamerkan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta beserta 115 karya seni rupa lain dalam rangka peringatan Undang Undang Keistimewaan (UUK) Yogyakarta 2023. Lukisan eksklusif berjudul “Kendedes Ibunda Para Raja” itu karya Addy Prana berukuran 140×97 cm, yang dibandrol dengan harga Rp 1,5 M saja (satu setengah milyar rupiah). …