Category: REPORTASE

CINTA SEJATI RAHWANA ADALAH SINTA

Catatan Henri Nurcahyo RAHWANA adalah tokoh antagonis dalam wiracarita Ramayana. Sang pahlawan adalah sosok Rama, lelaki tampan dan baik hati, kekasih Dewi Sinta. Rahwana adalah tokoh jahat yang layak dikutuk. Dia menculik Sinta dari sisi Rama. Tetapi yang kemudian tidak banyak diketahui, bahwasanya Rahwana betul-betul jatuh cinta kepada Sinta. Bagi Rahwana, Sinta adalah cinta sejatinya…

continue reading
1 Comment

Dokumentasi Berharga 52 Tahun Festival Ramayana Internasional

Catatan Henri Nurcahyo ARIF ROFIQ menerbitkan buku, judulnya (ambil nafas dulu): “Melacak Jejak Pengembangan Wisata Budaya Jawa Timur. (ditambah subjudul:) Festival Ramayana Internasional 1971 sebagai Tonggak Sejarah Pengembangan Seni Tari dan Karawitan Jawa Timuran.” Buku ini lantas dibedah (tepatnya diluncurkan) di lobi gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Kamis sore, 31 Agustus 2023. Tanggal…

continue reading
1 Comment

Jaka Tarub Dikejar Macan di Kampung Maspati

Catatan Henri Nurcahyo MENGAWALI pentas keliling 9 (Sembilan) kampung Surabaya, Ludruk “Luntas” Surabaya menyajikan lakon “Jaka Tarub Gugat” di kampung lawas Maspati, tepatnya di tepi jalan Bubutan sisi barat, Sabtu malam (12/8/23). Bagaimana cerita lengkapnya, semua orang (dianggap) sudah tahu, jadi tidak perlu dilakonkan di atas panggung. Apa yang dilakukan Robets Bayoned selaku sutradara Luntas…

continue reading
No Comments

Sarip Tambak Oso Versi Ludruk Luntas

Catatan Henri Nurcahyo SARIP Tambak Oso adalah lakon klasik yang sangat populer bagi kelompok ludruk. Ceritanya juga sudah dihapal oleh para penggemar ludruk. Kisah tentang seorang pemuda yatim yang nakal, berandal, namun sangat mencintai ibunya. Sarip sangat peduli terhadap nasib orang miskin dan menderita, akibat perlakukan penjajah yang menindas. Maka Sarip melawan orang-orang Belanda dan…

continue reading
No Comments

LUNTAS, LUDRUK TOBONG SATU-SATUNYA

Ludruk Nom-noman Tjap Arek Suroboyo (Luntas) adalah satu-satunya kelompok ludruk yang berani membuat tobong sendiri. Tidak mengharapkan bekas kasihan fasilitas dari pemerintah, termasuk order dari Dinas Pariwisata. Namun kelompok ludruk pimpinan Robert Bayoned ini secara konsisten setiap Sabtu malam menggelar pementasan di tobongnya sendiri di Jalan Karang menjangan 21 Surabaya. Pertunjukan yang digelar semalam, (17/06/23)…

continue reading
No Comments

Amang Rahman Hidup Kembali (04): SUFI BUKAN SOAL HALAL DAN HARAM

Catatan Henri Nurcahyo KETIKA memulai penelitian, pada mulanya Hajriansyah terjebak mencarikan dalil soal halal haram ketika bicara kesenian di wilayah syariat. Dia lantas membaca literatur yang sangat fiqih hingga yang tasawuf, bagaimana mereka memahami hadis-hadis yang dijadikan dasar untuk mengharamkan beberapa ekspresi kesenian. Namun ada pandangan yang berbeda bahwa dengan hadis dan dalil yang sama…

continue reading
No Comments

Amang Rahman Hidup Kembali (3): APAKAH AMANG RAHMAN SEORANG SUFI?

SOSOK Amang Rahman bagaikan sekeping mata uang logam dengan dua sisi yang berbeda. Satu sisi menggambarkan alam sufistik yang ngelangut, sepi, khusuk, dan penuh kontemplasi, tetapi di sisi lain dia adalah seorang humoris. Selalu menebarkan lelucon yang membuat orang lain gembira. Padahal penampilan fisiknya sama sekali tidak mengesankan seorang humoris. Penampilannya yang cenderung rapi, berambut…

continue reading
No Comments

Lukisan Batu Rp 1,5 M Dipamerkan di Museum Sonobudoyo

YOGYAKARTA:  Sebuah lukisan terbuat dari susunan ribuan batu kecil dipamerkan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta beserta 115 karya seni rupa lain dalam rangka peringatan Undang Undang Keistimewaan (UUK) Yogyakarta 2023. Lukisan eksklusif berjudul “Kendedes Ibunda Para Raja” itu karya Addy Prana berukuran 140×97 cm, yang dibandrol dengan harga Rp 1,5 M saja (satu setengah milyar rupiah).   …

continue reading
No Comments

Amang Rahman “Hidup Kembali” (2): Dari Diskusi Buku “Estetika Sufistik”

Catatan Henri Nurcahyo Diskusi Buku “Estetika Sufistik” menampilkan penulisnya, yaitu Hajriansyah, dengan penanggap Nasirun dan Ugo Untoro. Sementara Jumaldi Alfi yang menjadi pemilik lokasi diskusi bertindak sebagai moderator. Sedangkan Hairus Salim dari Penerbit Gading, Yogyakarta yang menerbitkan buku ini memberikan pengantar.    Hajriansyah sendiri pada saat yang sama sedang menggelar pameran lukisan berdua dengan pelukis sedaerahnya,…

continue reading
No Comments

AMANG RAHMAN “HIDUP KEMBALI”

Catatan receh oleh Henri Nurcahyo POSTER publikasi diskusi buku “Estetika Sufistik Amang Rahman” beredar di laman fesbuk. Saya langsung kaget  bercampur senang, dan sekaligus menyayangkan. Mengapa acara bagus itu (setidaknya menurut saya) diselenggarakan di Yogya? Coba kalau di Surabaya, saya pasti hadir, dan banyak penggemar Amang juga meramaikannya. “Adakan saja lagi di Surabaya,” ujar Halim…

continue reading
No Comments