Pameran Panji dalam Perspektif Sejarah dan Purbakala
PANDAAN: Wayang beber, wayang krucil, batik dan replika relief Panji, serta koleksi sejumlah museum dipamerkan di Taman Candrawilwatikta, Pandaan, Pasuruan, hari Minggu – Senin (22-23 Oktober 2023). Di tempat yang sama, Minggu malam, digelar pertunjukan sendratari kolosal “Panji Semirang” yang diikuti oleh 9 (Sembilan) negara ASEAN, yaitu Indonesia, Cambodia, Laos, Thailand, Philipina, Myanmar, Vietnam, Malaysia, dan Singapura. Pameran ini merupakan rangkaian Festival Panji ASEAN yang diselenggarakan di Yogyakarta, Kediri, Malang, Surabaya, dan Surakarta, yang merupakan sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi Jawa Timur, dan pemerintah kota/kabupaten.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Timur, Dr Hudiyono, M.Si, mengatakan bahwa tujuan pameran ini untuk meningkatkan potensi nilai, informasi, dan promosi serta pemanfaatan Cerita Panji sebagai asset budaya Jawa Timur. Juga untuk menggerakkan masyarakat agar lebih mengenal dan memahami Panji sekaligus revitalisasi berbagai bentuk cagar budaya yang bersumber atau terinsprasi oleh cerita Panji agar lebih memasyarakat. Dengan demikian maka akan melegitimasikan bahwa Panji merupakan hasil budaya asli Jawa Timur dan merupakan bagian penting dalam budaya masyarakat Jawa Timur dari dulu hingga sekarang.
Pameran ini diikuti oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip (Disperpusip) Provinsi Jawa Timur, Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI, Museum Penataran Kab. Blitar, Museum Bagawanta Kab. Kediri, Museum Daerah Tulungagung, Universitas Ciputra, Universitas Surabaya, Universitas PGRI Adi Buana (Unipa) Surabaya, Sanggar Lung Pacitan, Wayang Wasana Sumbergedang Pandaan, dan Universitas Negeri Malang (UM).
Dalam pameran ini bisa disaksikan replika berbagai relief yang mengisahkan cerita Panji, koleksi buku-buku Panji, batik Panji, cenderamata Panji, wayang beber, wayang krucil, beberapa properti jaranan, serta visualisasi cerita rakyat Panji. Di sebuah ruang malah dipajang foto berukuran besar sertifikat dari UNESCO yang menetapkan naskah-naskah cerita Panji sebagai Memory of the World.
Relief Panji misalnya, banyak terdapat di belasan candi yang ada di Jawa Timur. Kali ini BPK XI menampilkan replikanya disertai dengan penjelasan singkat deskripsi dan lokasinya. Misalnya relief Panji di teras pendopo Candi Penataran, relief Sri Tanjung di Candi Surowono dan Candi Jabung, relief Panji dari situs Candi Minak Jinggo Trowulan, Situs Gambyok Kediri, relief Panji Laras di Sampang, serta berbagai penjelasan tertulis terkait Cerita Panji.
Museum Bagawanta Kediri menyajikan koleksi wayang krucil dalam bentuk yang sudah jadi maupun yang masih polos. Foto-foto peninggalan purbakala, antara lain miniatur rumah, arca Nandi, yoni, fragmen kepala Buddha, serta penjelasan perihal Panji Kediri yang bertema “Meretas Batas Menuai Makna.” Bagawanta Bari adalah nama tokoh yang disebutkan dalam Prasasti Harinjing yang secara pertanggalan memiliki tiga angka tahun, yaitu 25 Maret 804 M, 19 September 921 M, dan 7 Maret 929 M. Inisiatifnya membangun “dawuhan” Sungai Harinjing yang berhilir di Sungai Brantas, mengantarkannya menjadi tokoh yang memperoleh penghargaan berupa sima (tanah perdikan) dari Rakai Layang Dyah Tulodhong. Pada prasasti Harinjing ini pula nam Kadiri untuk pertama kalinya disebutkan sehingga dijadikan dasar penentuan Hari Jadi Kediri pada tanggal 25 Maret 804 Masehi.
Universitas Surabaya (Ubaya) menghadirkan koleksi tekstil dengan desain Panji sebagaimana hasil penelitian sekaligus kolaborasi dengan para pembatik di semua kota/kabupaten di Jawa Timur menciptakan desain Panji yang berbasis daerahnya masing-masing. Buku hasil penelitian yang memuat semua desain batik Panji di seluruh Jatim itu juga ikut dipamerkan. Dan yang tak kalah menarik adalah hasil karya program Doktoral salah satu dosen Ubaya, Wyna Herdiana yang membuat asesoris pengantin dari bahan silver berbasis Cerita Panji.
Hal yang mirip juga disajikan Universitas Ciputra dengan tampilan baju batik Panji, beberapa contoh wayang beber dengan cerita lokal (Ande-ande Lumut, Keong Emas, dan Timun Mas), serta sejumlah buku terkait Panji. Sementara visualisasi cerita-cerita rakyat juga dihadirkan oleh UNIPA Surabaya dalam bentuk patung kayu, di antaranya cerita Panji Laras, Ande-ande Lumut, legenda Baru Klinthing, yang dipajang di atas alas jerami. Juga beberapa cenderamata dalam bentuk topeng Panji. Sementara di bagian latar belakang nampak foto-foto aktivitas UNIPA terkait Panji misalnya melukis topeng Panji yang merupakan aktivitas Baden Powel (BP) House yang ada di UNIPA.
Dalang wayang beber Rudhi Prasetio dari Pacitan yang juga pendiri Sanggar Lung menyajikan contoh wayang beber yang terbuat dari kertas Daluwang, lengkap beserta kayon untuk menancapkannya, dilengkapi dengan buku cerita lakon Jaka Kembang Kuning yang dibuat tegak seperti kalender sehingga dapat dibaca dengan mudah. Dalam sebuah lembaran besar dideskripsikan sejarah wayang beber di Pacitan.
Universitas Negeri Malang (UM) yang diwakili oleh Departemen Sejarah memilih tema Wayang Krucil dalam bentuk sajian hasil tugas akhir mahasiswa terkait Panji dan hasil dokumentasi maestro Wayang Krucil Ki Hardjito dari Kediri yang dilakukan oleh staf pengajarnya, yaitu Dr Rudi Irawanto, dengan judul “Mencari Sang Hayyu.” Dua buah wayang krucil dan sebuah topeng dihadirkan untuk melengkapinya. Serta juga belasan wayang krucil yang dipajang di dinding.
Berbagai koleksi Museum Penataran Kab. Blitar disajikan dalam bentuk foto dan buku. Misalnya arca Dewa Trimurti, Dewa Wisnu, Dewa Siwa, alat gilingan tebu, koin kepeng, dan sebagainya. Sejarah berdirinya museum ini berawal dari ratusan koleksi benda arkeologi koleksi Warso Kusumo sejak tahun 1866 yang diletakkan di pendopo Ronggo Hadinegoro yang berada di sisi utara alun-alun kota Blitar. Pada tahun 1915 berubah menjadi Museum Blitar sebagai cikal bakal Balai Penyelamat Benda Cagar Budaya di kabupaten Blitar. Hingga akhirnya tahun 1998 museum ini dipindah lokasinya ke kawasan wisata Candi Penataran dan berubah menjadi nama Museum Penataran.
Meski tidak terkait langsung dengan Panji, dalam pameran ini juga disajikan jejer Wayang Wasana dari Minto Asmoro, warga desa Sumbergedang, Pandaan, Pasuruan. Minto yang alumnus IKIP Seni Rupa Surabaya ini baru satu tahun ini membuat wayang berbasis cerita-cerita rakyat dan memainkannya sendiri sebagai dalang. Baru kali ini koleksi wayang tersebut dipamerkan lengkap dan baru akan pertama kali digelar dalam acara gebyak wayang tanggal 3 November mendatang. Wayang Wasana merupakan wayang pungkasan, setelah wayang purwa dan wayang madya. (henri nurcahyo)
PANDAAN: Wayang beber, wayang krucil, batik dan replika relief Panji, serta koleksi sejumlah museum dipamerkan di Taman Candrawilwatikta, Pandaan, Pasuruan, hari Minggu – Senin (22-23 Oktober 2023). Di tempat yang sama, Minggu malam, digelar pertunjukan sendratari kolosal “Panji Semirang” yang diikuti oleh 9 (Sembilan) negara ASEAN, yaitu Indonesia, Cambodia, Laos, Thailand, Philipina, Myanmar, Vietnam, Malaysia,…