Wayang Lokal tentang Sejarah Desa

NAMANYA Minto Asmoro, alumnus jurusan seni rupa IKIP Negeri Surabaya tahun 1984. Setelah bertahun-tahun mengamati pergelaran wayang kulit maka warga Dusun Sukun, Desa Sumbergedang, Kecamatan Pandaan, Kab. Pasuruan, memutuskan berhenti bekerja sebagai desainer di Surabaya dan konsentrasi membuat wayang sendiri sejak setahun yang lalu. Hasil karyanya ikut serta dipajang di “Pameran Panji Dalam Perspektif Sejarah dan Purbakala” di Taman Candra Wilwatikta dalam rangkaian Festival Panji ASEAN 2023. Pameran itu hanya berlangsung dua hari (22-23/10/23) dan posisi stan Minto tidak terlihat dari depan lantaran berada di belakang pembatas menuju pintu ke luar.

Bersama dengan kain batik  karya warga desa Sumbergedang, wayang karya Minto dipajang di sebuah kelir layaknya sebuah pergelaran atas nama Kelompok Masyarakat (Pokmas) Desa Sumbergedang, Pandaan. Jika diamati, tokoh-tokoh dalam wayang tersebut nampak asing. Bukan seperti wayang purwa yang melakonkan Mahabarata atau Ramayana. Ada sosok yang mengenakan blangkon, surban, kopiah, dan beraneka tutup kepala lainnya. Menurutnya, mereka adalah Panembahan Penanggungan (Syech Yahya), Kyai Mangkualam, Kyai Samarono, Ki Kromojoyo, dan sebagainya.

“Ini namanya Wayang Wasono, buatan saya sendiri,” ujarnya.

Menurut Sri Mangkunegara IV membagi wayang menjadi tiga jenis: Wayang Purwa, yaitu wayang yang menceritakan masa kedatangan Prabu Isaka sampai dengan wafatnya Maharaja Yudayana di Astina. Wayang Madya, yaitu wayang yang menceriterakan sejak wafatnya Prabu Yudayana sampai Prabu Jayalengkara naik tahta. Dan Wayang Wasana, yaitu wayang yang menceriterakan sejak Prabu Jayalengkara sampai masuknya agama Islam.

Namun Minto agaknya ingin tampil beda. Wayang Wasana (wasono) yang dimilikinya akan memainkan cerita-cerita lokal masyarakat desa. Berbeda dengan wayang wasana yang sudah ada, Minto menyebut wayangnya adalah Gagrak Jawa Timuran. Tidak ada niatan membawakan lakon Panji karena dianggapnya sudah identik dengan Kediri.

Menyebut dirinya tidak punya keturunan dalang atau semacamnya. Ibunya malah dari Madura. Dia senang wayang namun belum pernah nyantrik, belajar otodidak saja, dan hanya bermodalkan menonton pergelaran wayang kulit sebanyak-banyaknya.

Sebagai sarjana jurusan pendidikan seni rupa, Minto tidak menjalani karirnya sebagai guru. Kemampuannya melukis dimaksimalkan melayani jasa reparasi wayang kulit yang rusak dari berbagai dalang hingga akhirnya dia juga membuat wayang sendiri dari kulit dan karton dupleks dengan tokoh-tokoh yang diciptakannya sendiri. Hingga saat ini sudah tersedia 50 buah anak wayang yang terus dibuatnya sendiri sesuai dengan lakon yang akan dimainkan. Termasuk lakon Untung Surapati yang menjadi ikon Kabupaten Pasuruan. Dia belum pernah menjual wayang hasil karyanya.

Hari Jum’at malam, tanggal 3 November 2023, adalah kesempatan pertama kali dia mendalang yang kebetulan di tempat orang punya hajat khitan di desanya sendiri meski lain dusun, yaitu dusun Sendi. Diperkirakan pergelaran wayang ini tidak sampai semalam suntuk namun hanya sekitar tiga jam saja. Lakon  yang dimainkannya adalah “Pelarian Nyai Giri.”

“Saya ingin mengangkat daerah saya sendiri,” ujarnya.

Nyai Giri dipercaya masyarakat setempat sebagai orang yang mbabat alas, atau penghuni pertama desa itu. Dia adalah istri dari Panembahan Adigiri alias Sunan Giri VI. Ada semacam punden di dusun Sendi yang dipercaya sebagai makam atau petilasan Nyai Giri.

Dusun Sendi adalah salah satu dari 13 dusun Desa Sumbergedang. Taman Candra Wilwatikta yang terkenal itu juga berada di wilayah desa Sumbergedang.  (Henri Nurcahyo)

NAMANYA Minto Asmoro, alumnus jurusan seni rupa IKIP Negeri Surabaya tahun 1984. Setelah bertahun-tahun mengamati pergelaran wayang kulit maka warga Dusun Sukun, Desa Sumbergedang, Kecamatan Pandaan, Kab. Pasuruan, memutuskan berhenti bekerja sebagai desainer di Surabaya dan konsentrasi membuat wayang sendiri sejak setahun yang lalu. Hasil karyanya ikut serta dipajang di “Pameran Panji Dalam Perspektif Sejarah…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *