KETIKA SEKARTAJI DIPENGGAL LEHERNYA

Novel Henri Nurcahyo

PANJI KERTAPATI, lahir dan besar di Kediri, tempat Cerita Panji berasal. Lantaran kesamaan namanya dia tergerak untuk berkelana, meniru Raden Panji Asmarabangun. Dia ingin merasakan dan mendapatkan pengalaman yang tentu sangat berharga dalam hidupnya. Panji Kertapati berkelana ke Bakumpai, sebuah daerah di tepi Sungai Barito, Kalimantan Selatan. Panji menemukan banyak hal di sana. Mulai dari tari Topeng yang memesona, ritual Sampir yang sakral, termasuk juga bertemu dengan seorang gadis cantik yang dikenalnya melalui media sosial.

Bakumpai bukan hanya nama daerah (kecamatan) namun juga nama sebuah suku tersendiri, yang merupakan pecahan dari suku Dayak, khususnya Dayak Ngaju. Jika etnis Dayak identik dengan habitatnya di hutan-hutan, maka Bakumpai identik dengan sungai. Orang Bakumpai adalah Orang Sungai. Mereka mendiami pesisir Sungai Barito di Kalimantan Tengah hingga ke Kalimantan Selatan. Berbeda dengan masyarakat Dayak yang sebagian besar masih menganut agama Kaharingan, namun Bakumpai secara statistik sudah seratus persen Islam. Hanya saja, sebagian etnis Bakumpai masih mempertahankan budaya Kaharingan berupa pemanggilan roh leluhur yang diwujudkan dalam ritual adat. Inilah yang terjadi dalam ritual adat  Sampir di wilayah kecamatan Bakumpai, khususnya di kampung Sei Getas desa Lepasan. Sangat berbeda dengan yang di seberang barat sungai Barito, kecamatan Marabahan, di mana keislamannya sedemikian kental.

Karena itulah novel berjudul “Kelana Panji di Bakumpai” ini juga menggambarkan secara deskriptif, apa itu etnis Bakumpai, wayang topeng, ritual Sampir, dan hal-hal terkait dengan adat istiadat setempat. Semuanya adalah fakta yang jelas sumbernya. Demikian pula nama-nama tempat adalah juga fakta, bukan nama imajinatif. Sementara penyebutan nama orang ada yang fakta, ada yang imanjinatif. Nama yang fakta manakala terkait dengan deskripsi sedangkan nama imajinatif terkait dengan peristiwa yang melibatkannya. Oleh karena itu novel ini bukan semata-mata imajinatif belaka melainkan juga merupakan laporan reportase yang dibuat langsung dalam kunjungan lapangan. Mungkin ini bisa disebut “Novel Reportatif?” Entahlah.

Kali ini, Panji Kertapati bukan hanya meliput acara, bukan hanya menjadi peneliti, melainkan terlibat langsung dalam berbagai ritual di Bakumpai. Dia penasaran, mengapa Raden Panji bukan dijodohkan dengan Dewi Sekartaji? Mengapa Sekartaji justru dinikahkan dengan Jinggan Anum? Siapa Jinggan Anum? Tokoh novel ini, Panji Kertapati dari Kediri, tidak bisa menerima kenyataan ini. Dia berontak. Cemburu. Dan yang lebih membuatnya “marah” adalah, dalam cerita Panji vesi Bakumpai ini Sekartaji dipenggal lehernya dan kepalanya dibuang ke sungai Barito. Apakah ini ada kaitannya dengan tradisi ngayau (memenggal kepala) di kalangan suku Dayak di masa lampau?

Yang juga menarik dari novel ini adalah, nama-nama Panji, Sekartaji, Gunungsari, dan sebagainya, tidak memiliki silsilah keluarga sebagaimana Cerita Panji pada umumnya. Raden Panji bukan putra mahkota Raja Janggala, Sekartaji bukan putri Raja Panjalu, demikian pula tokoh-tokoh yang lain. Kesemuanya adalah penjelmaan dari dewa-dewa di kahyangan yang turun ke bumi. Bahkan tokoh Gunungsari digambarkan sebagai perempuan yang pesolek, bukan tokoh laki-laki sebagaimana dalam Cerita Panji mainstream.

Dan ternyata, diam-diam kehadiran lelaki dari Tanah Jawa itu dianggap mengusik pihak lain. Panji dianggap sudah memasuki wilayah terlarang, hingga dia harus dihukum, tenggelam di sungai Barito. Panji diculik makhluk halus penunggu sungai. Dia ditawan di gua di dasar sungai. Apakah Panji akan kembali dalam keadaan hidup-hidup, atau mati dicabik-cabik buaya? Atau juga, Panji menjadi penghuni abadi gua di dasar sungai bersama buaya-buaya di kerajaannya.

Sementara Riri, gadis Bakumpai itu setia menunggunya. Riri menganggap dirinya adalah Sekartaji, yang harus berjodoh dengan Panji. (*)

Novel Henri Nurcahyo PANJI KERTAPATI, lahir dan besar di Kediri, tempat Cerita Panji berasal. Lantaran kesamaan namanya dia tergerak untuk berkelana, meniru Raden Panji Asmarabangun. Dia ingin merasakan dan mendapatkan pengalaman yang tentu sangat berharga dalam hidupnya. Panji Kertapati berkelana ke Bakumpai, sebuah daerah di tepi Sungai Barito, Kalimantan Selatan. Panji menemukan banyak hal di…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • 15,119
  • 38