BUKU, KUDA, NIRWAN ARSUKA

Oleh Hamid Basyaib TIBA-tiba suatu sore Nirwan Arsuka muncul di kantor saya di Mampang, dengan sepeda motor yang warna dan modelnya kontan mengingatkan saya pada motor tukang pos yang tiap bulan mengantarkan wesel dari kampung. Dua lapis pakaiannya terbungkus jaket kulit hitam. Kerapatan sapu tangan penutup mulutnya memastikan ia mustahil ditembus debu Jakarta. Tak jelas…

read more

In Memoriam Nirwan Ahmad Arsuka: Nabi yang Membuka Jendela Semesta

Oleh Syaefudin Simon Innalillahi wainnailaihi rojiun. Sahabat kita, pegiat literasi untuk wong cilik dan terpencil di Nusantara telah pergi meninggalkan kita semua. Nirwan, pendiri perpustakaan bergerak itu, telah membuka jendela dunia untuk anak-anak dan warga yang hidup di daerah terpencil. Pustaka Bergerak yang telah menyalurkan buku-buku bacaan ke seluruh pelosok Nusantara adalah legasi Nirwan yang…

read more

Sarip Tambak Oso Versi Ludruk Luntas

Catatan Henri Nurcahyo SARIP Tambak Oso adalah lakon klasik yang sangat populer bagi kelompok ludruk. Ceritanya juga sudah dihapal oleh para penggemar ludruk. Kisah tentang seorang pemuda yatim yang nakal, berandal, namun sangat mencintai ibunya. Sarip sangat peduli terhadap nasib orang miskin dan menderita, akibat perlakukan penjajah yang menindas. Maka Sarip melawan orang-orang Belanda dan…

read more

Ikut Misa Arwah Henricus Supriyanto, Apakah Auto Murtad?

Catatan Ringan Henri Nurcahyo HARI Rabu, tanggal 19 Juli 2023, dilaksanakan Misa Arwah bagi almarhum Henricus Supriyanto yang meninggal dunia 100 hari sebelumnya, tepatnya 21 April 2023. Acara yang sama dibarengkan dengan misa untuk almarhum istrinya, Bernadeta Suryati, yang meninggal dunia 21 Juli 2022, satu tahun yang lalu. Kebetulan pula, 24 hari sebelum Henricus meninggal…

read more

LUNTAS, LUDRUK TOBONG SATU-SATUNYA

Ludruk Nom-noman Tjap Arek Suroboyo (Luntas) adalah satu-satunya kelompok ludruk yang berani membuat tobong sendiri. Tidak mengharapkan bekas kasihan fasilitas dari pemerintah, termasuk order dari Dinas Pariwisata. Namun kelompok ludruk pimpinan Robert Bayoned ini secara konsisten setiap Sabtu malam menggelar pementasan di tobongnya sendiri di Jalan Karang menjangan 21 Surabaya. Pertunjukan yang digelar semalam, (17/06/23)…

read more

(24): SURAT TERPENDEK DI DUNIA

Oleh Henri Nurcahyo HARIAN Jawa Pos pernah punya rubrik Anekdot. Saya lupa persis tahunnya, mungkin sekitar tahun 1994-1995. Diantara penulisnya yaitu Emha Ainun Najib dan Mustofa Bisri. Ternyata materi yang ditulis itu sebagian tentang Amang Rahman yang memang dikenal memiliki banyak anekdot yang menertawakan dirinya sendiri. Lantas saya bilang ke Pak Amang, “daripada ditulis orang…

read more

(23): AMANG RAHMAN MENINGGAL DUNIA 4 KALI

Catatan Henri Nurcahyo AMANG Rahman memang sudah meninggal dunia tanggal 15 Januari 2001. Sayang sekali Pak Amang tidak dapat menghadiri pameran ulang tahunnya ke-70 yang diselenggarakan pada akhir tahun yang sama di Museum Nasional Jakarta. Juga peluncuran penerbitan bukunya yang saya tulis bersama dengan Mamannoor. Tetapi ternyata sebelumnya dia sudah pernah “meninggal dunia” sebanyak 3…

read more

 (22): MAKAN DAN BAYAR, APA HUBUNGANNYA?

Catatan Henri Nurcahyo LAZIMNYA orang makan di warung itu ya harus bayar. Tapi hal ini tidak berlaku bagi seniman yang biasa nongkrong di Balai Pemuda tahun-tahun lampau. Meski mereka suka bicara idealisme sampai nyundhul langit namun ketika perut minta diisi ternyata menjadi persoalan tersendiri. Dasar seniman, ada saja akal mereka agar bisa tetap makan tanpa…

read more

(21): TIPS AGAR UANG TAK DIKETAHUI ISTRI

Catatan Henri Nurcahyo BARANGKALI masih berlaku sampai sekarang, bahwasanya ada di antara para pelukis suka menyembunyikan hasil penjualan lukisannya kepada istri. Memang tidak semua, namun ada saja “kreativitas” mereka agar istrinya tidak mengetahui suaminya punya uang. Kalau toh masih ketahuan, itu berarti tergolong istri yang “pinter cari uang.” Artinya, dimana saja suaminya menyimpan uang, pasti…

read more

(20): AMANG RAHMAN MERAYU PRAMUGARI

Catatan Henri Nurcahyo KETIKA Amang Rahman sudah mulai laku lukisan-lukisannya, dia dengan gagahnya bisa naik pesawat terbang, bukan lagi naik kereta api seperti biasanya. Dari balik jendela pesawat inilah  dia memandang awan gemawan di langit yang sering menjadi objek lukisannya. Kalau biasanya dia hanya imajinasi, sekarang bisa melihat langsung dari jarak dekat. Tapi siapa sangka…

read more