(20): AMANG RAHMAN MERAYU PRAMUGARI

Catatan Henri Nurcahyo KETIKA Amang Rahman sudah mulai laku lukisan-lukisannya, dia dengan gagahnya bisa naik pesawat terbang, bukan lagi naik kereta api seperti biasanya. Dari balik jendela pesawat inilah  dia memandang awan gemawan di langit yang sering menjadi objek lukisannya. Kalau biasanya dia hanya imajinasi, sekarang bisa melihat langsung dari jarak dekat. Tapi siapa sangka…

read more

(18): DARYONO NYEGAT MOBIL WALIKOTA

Catatan Henri Nurcahyo SIAPAKAH yang berani mencegat mobil walikota di tengah jalan dan kemudian ikut numpang? Pelukis M. Daryono pernah melakukan hal itu. Zaman Surabaya dipimpin oleh Walikota Moehadji Widjaja (1979 – 1984) memang kalangan seniman sangat dekat. Hal ini mengulang masa-masa kepemimpinan Walikota Soekotjo (1965 – 1969 – 1974) yang kemudian melahirkan Dewan Kesenian…

read more

(17): TANPA UANG, BISA NAIK ANGKUTAN DAN MAKAN DI RESTORAN

  Catatan Henri Nurcahyo BARANGKALI dari sekian banyak anekdot terkait Amang Rahman maka inilah yang paling dramatis sekaligus lucu. Bagaimana mungkin Amang dan Ipe Ma’aruf dapat pergi ke Malang naik Mobil Penumpang Umum (MPU) dan makan di restoran padahal tidak punya uang sama sekali? Ketika saya  mendengar kisah ini merasa deg-degan hingga akhirnya tertawa ngakak.…

read more

(16): AMANG RAHMAN DILUKIS TELANJANG

Catatan Henri Nurcahyo KALI ini cerita tentang Ipe Ma’aruf, sketser handal yang tidak ada duanya di Indonesia hingga saat ini. Rudi Isbandi pernah menyebut Ipe adalah raksasa sketser Indonesia bersama dengan Lim Keng dan Tedja Suminar. Kini keduanya sudah tiada, termasuk Rudi Isbandi. Hanya Ipe yang bertahan hingga usia 85 tahun sekarang ini. Suatu ketika…

read more

(15): AMANG PINGSAN MENONTON TINJU

Catatan Henri Nurcahyo PADA tahun 1980-an tinju adalah olahraga yang sangat populer. Tidak banyak yang menyangka bahwa Amang Rahman, sang pelukis surealis ini tergolong penggemar berat olahraga tinju. Tentu saja sebagai penonton. Setiap ada pertandingan tinju di berbagai tempat Amang berusaha untuk bisa menyaksikannya secara langsung. Bahkan ketika pertandingan dilangsungkan di luar kota. Dalam hal…

read more

(14): KETIKA AMANG MENGGODA PEREMPUAN

Oleh Henri Nurcahyo SEBAGAIMANA yang sudah saya ceritakan bahwa Amang Rahman sangat menghormati perempuan. Dalam pandangan Amang, perempuan tak ubahnya bagai ibunya sendiri. Sebagai penghormatan dan kekaguman pada almarhumah ibunya maka ia memberikan nama bagi salah seorang cucu perempuannya sama dengan nama sang ibu, yakni Rahma. Tapi siapa sangka bahwa ternyata Amang juga suka “menggoda”…

read more

(13): Tusuk Jarum Sepeda Motor Daryono 

Catatan Henri Nurcahyo KALI ini cerita tentang M. Daryono, salah satu pelukis sahabat Amang Rahman. Daryono dikenal sebagai pelukis ekspresionistis. Nah suatu ketika Daryono memiliki sepeda motor merk Zundap, yang masih menggunakan pedal seperti sepeda biasa. Dia suka pamer kepada teman-temannya di Balai Pemuda bahwa motornya itu adalah salah satu bukti keberhasilannya. Maklum, zaman itu…

read more

(12): SEMBAHYANG KAKI SATU

Catatan Henri Nurcahyo AMANG RAHMAN memiliki kebiasaan blusukan ke tempat-tempat keramat. Baik berupa kuburan atau candi dan peninggalan purbakala. Nampaknya ini ada hubungannya dengan tema lukisannya yang surealistis dan ngelangut.  Dari perjalanan blusukan di sebuah desa, Amang bercerita ada orang sembahyang hanya dengan satu kaki. Padahal dia normal. Bagaimana kisahnya? Dibandingkan dengan candi-candi besar yang…

read more

(11): “PRANK” DARI BAGONG KUSSUDIARDJO

Catatan Henri Nurcahyo BAGONG Kussudiardjo dikenal akrab dengan Amang Rahman. Selain sebagai koreografer tari yang mumpuni, Bagong juga dikenal sebagai pelukis. Mereka sama-sama senang guyonan. khususnya Amang yang sangat kaya anekdot. Karena itu manakala mereka ketemu dipastikan saling berhahaha. Begitu pula ketika Amang Rahman dan Daryono berkunjung ke rumah Bagong di Yogyakarta. Diam-diam Bagong mengerjai…

read more

(10): RAYUAN MAUT BUAT ISTRI

Catatan Henri Nurcahyo PAMERAN lukisan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta adalah dambaan setiap pelukis Indonesia. Waktu itu, TIM menjadi semacam kawasan sakral yang mampu “membaptis” seniman. Pelukis yang mampu berpameran tunggal di TIM sudah layak dianggap selebritas. Mereka sering menjadi sumber berita kalangan wartawan. Dan, ini yang menarik, banyak perempuan yang mendekatinya. Tidak terkecuali…

read more